Doa Memohon Petunjuk, Ketakwaan, Kehormatan, dan Kecukupan

Doa Writes

(“Allahumma inni as’alukal huda wat tuqa wal ‘afafa wal ghina”)

Ada satu doa pendek, tapi sering kali terlupakan di antara lautan doa panjang yang biasa kita baca. Doa itu datang dari lisan suci Rasulullah ﷺ sendiri penuh makna, sederhana di lafaz, tapi sangat luas dalam makna.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

Allāhumma innī as’alukal hudā wat tuqā wal ‘afāfa wal ghina

Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kehormatan diri, dan kecukupan.
(HR. Muslim)

Makna Doa: Lebih Dari Sekadar Permintaan

Ada empat hal besar yang kita minta dalam doa ini. Dan menariknya, semuanya bukan sekadar urusan dunia. Rasulullah ﷺ tidak meminta kekuasaan, kemewahan, atau popularitas. Tapi beliau memohon sesuatu yang jadi pondasi: hidayah, takwa, iffah (kehormatan diri), dan ghina (kecukupan hati).

Mari kita uraikan perlahan.

1. Al-Hudā (Petunjuk)
Bukan sekadar tahu mana yang benar. Tapi kemampuan untuk menjalani yang benar. Kadang kita tahu shalat itu wajib, tapi tetap menunda. Kita tahu ghibah itu dosa, tapi tetap tergoda. Di situlah letak “huda” bukan cuma ilmu, tapi arah yang dituntun oleh Allah.

2. At-Tuqā (Ketakwaan)
Ketakwaan adalah perisai. Ia yang membuat seseorang berhenti di ambang dosa walau tidak ada yang melihat. “Takwa itu di sini,” kata Nabi sambil menunjuk ke dada. Jadi, memohon takwa bukan soal menjadi sempurna, tapi agar hati tetap hidup dan peka terhadap hal yang dilarang Allah.

3. Al-‘Afāf (Menjaga Kehormatan Diri)
Ini menarik. Rasulullah ﷺ meminta ‘afaf yakni kemampuan menjaga diri dari yang haram, menjaga lisan dari yang tak perlu, bahkan menjaga pandangan dan harga diri. Di zaman serba terbuka seperti sekarang, menjaga kehormatan diri menjadi bentuk jihad tersendiri.

4. Al-Ghinā (Kecukupan)
Banyak yang salah sangka, mengira “ghina” artinya kaya harta. Padahal, Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa ghina adalah kaya hati. Orang yang hatinya lapang tak mudah iri, tak mudah merasa kurang. Ia tenang walau sederhana.

Doa Lainnya: MasyaAllah Tabarakallah Allahumma Barik: Arab, Latin, dan Artinya

Kapan Sebaiknya Doa Ini Dibaca?

Doa ini bisa dibaca kapan saja, tapi sangat dianjurkan setelah shalat, terutama shalat Subuh dan Maghrib. Waktu-waktu itu dikenal sebagai momen permulaan dan penutup hari, ketika hati sedang lembut dan pikiran masih jernih.

Beberapa ulama juga menyarankan doa ini dibaca sebelum beraktivitas besar seperti memulai pekerjaan, menuntut ilmu, atau mengambil keputusan. Karena isi doanya mencakup kebutuhan hidup kita sehari-hari.

Di pesantren atau majelis ilmu, doa ini kerap dijadikan wirid harian. Santri di Al-Khoziny, misalnya, membaca doa ini setiap habis Subuh. Katanya, “Doa ini seperti kompas, biar hati nggak bingung arah.”

Kesalahan yang Sering Terjadi Saat Membaca Doa

Banyak yang membaca doa ini sekadar di bibir, tanpa merenungi artinya. Padahal, yang diminta bukan hal kecil. Ada juga yang keliru membaca: “Allahumma inni as’aluka al-huda wa tuqa wal afafa wal ghina” tanpa menyadari huruf-huruf panjang pendek yang mengubah makna.

Satu lagi yang sering terlupa: doa ini bukan hanya untuk saat kita sedang lemah. Tapi juga saat sedang kuat, saat sedang punya segalanya. Sebab petunjuk dan kecukupan bisa hilang kapan saja jika hati mulai jauh.

Pelajaran Spiritualitas di Balik Doa Ini

Ada filosofi indah di balik urutan kata-katanya. Nabi tidak meminta kecukupan dulu, tapi petunjuk dulu. Sebab, tanpa petunjuk, harta bisa menyesatkan. Tanpa takwa, kecukupan bisa jadi ujian. Tanpa kehormatan diri, hidayah pun bisa hilang dalam godaan.

Sederhana tapi menyentuh: empat kata ini menggambarkan seluruh perjalanan hidup manusia. Dari arah (huda), perisai (tuqa), martabat (afaf), hingga keseimbangan (ghina). Semua saling terkait.

Menjadi Hamba yang Tenang dan Cukup

Kadang hidup membuat kita lelah, mengejar sesuatu yang tak pernah cukup. Doa ini mengingatkan, bahwa kecukupan sejati bukan di rekening, tapi di hati. Bahwa kehormatan tidak lahir dari status, tapi dari ketulusan menjaga diri.

Bacalah perlahan, dengan rasa. Ucapkan setiap kata sambil menyadari maknanya. Doa ini bukan hanya permintaan, tapi juga pengingat arah hidup.

“Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya.” (QS. Al-A’raf: 178)

Dan di situlah letak keindahan doa ini bukan hanya untuk meminta, tapi untuk mengingatkan kita kembali pulang kepada-Nya.

Catatan:
Semua doa itu baik, tergantung dari apa yang diyakini dan bagaimana hati meyakininya. Tidak ada doa yang salah, karena setiap doa adalah bentuk harapan dan penghambaan.

ruangdoa.com hanya berupaya menjadi perantara, tempat berbagi makna, tulisan, dan pengingat bahwa setiap kalimat yang diucap dengan keyakinan bisa menjadi jalan turunnya rahmat dari Allah SWT. Wallahu a'lam bishawab

Share:

Related Topics

Baca Juga